Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

10.07.2013

[1] FILIPINA TRIP: Dari mendarat tengah malam, kakiku diraba-raba, sampai digandeng Nelson!

Part Sebelumnya : Disini

Beberapa hari sebelum ke Filipina, aku sempat diberi tahu dua temanku untuk waspada dan hati-hati pas di sana, karena katanya banyak orang jahat (bahkan bawa pistol) dan kriminalitas cukup tinggi. Jujur, nasehat itu bikin aku agak keder, apalagi ini pertama kalinya aku ke Filipina dan aku pergi sendirian. Tapi aku berusaha berpikir positif atas semua itu dan menekadkan langkahku menuju negara bekas jajahan Spanyol ini.

Aku seorang backpacker dan aku harus berani!! Saat itu yang membuat keberanianku meningkat drastis adalah pikiran begini: “Gimana kalau nanti aku dapat kesempatan menjelajah Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan aku harus melakukannya sendirian? Masak yang masih di satu regional aja aku udah takut?”

Tanpa berpikir panjang, aku langsung bikin rencana perjalanan.

Diosdado Macapagal International Airport, setelah mendarat gan..
Sumber: dokumentasi pribadi

Seperti biasa, dihadang imigrasi dulu..
Sumber: dokumentasi pribadi

Tengah malam. Ya, jam dua belas lebih dikit waktu Filipina (setara WITA), akhirnya aku mendarat di Filipina tepatnya di Diosdado Macapagal International Airport, Angeles City. Btw, berdasarkan hasil browsing sebelum berangkat, bandara ini masih sejauh 85 km dari Manila. Jadi saat itu pilihannya ada dua: tidur di airport nunggu pagi, atau langsung naik bus malam itu juga ke Kota Manila.

Dengan dorongan temen baruku di pesawat asal Malaysia, Rusli, aku akhirnya memilih untuk langsung naik bus ke Manila. Harga tiket busnya 400 peso (sekitar 80 ribu rupiah, Februari 2013). Busnya cukup nyaman, kursinya lebar dan ber-AC.

Kenampakan bus Philtranco yang membawaku dari bandara ke Manila
Sumber: weekendhaven.com

Jujur aku sempat bertanya-tanya dalam hati: nanti aku bakal diturunin di mana? Apakah terminalnya masih sepi dan gelap? Gimana kalau aku ditodong? Diculik? Diperkosa? Hahaha, semua pikiran itu sempat berkelebat di benakku dan bikin aku merinding disko! Matilah aku!!

Untungnya Rusli mulai tanya-tanya ke supir, di mana aku bisa diturunkan. Supirnya balik nanya aku mau ke mana. Aku jawab mau ke Kota Vigan, dan akhirnya dia bilang bakal nurunin aku di pool bus yang menuju ke Vigan. Singkatnya begitulah obrolan kami.

Btw, si Rusli ini nggak berhenti ngoceh: “wah, seandainya saye nggak sudah janji sama temen saye buat nyelem di Batangas, saye bakal nemenin kamu selama di Filipin.” AJE GILEEEE... bukannya aku nggak mau travel bareng temen baru, tapi Rusli ini udah bapak-bapaaaakkk. Aduh, gimana nanti nasibku?? Bwahahahaha.

Loncat cerita, kebaikan orang Filipina aku rasain pertama kali waktu ngobrol sama supir bus ini. Sewaktu dia bilang bakal nurunin aku di pool bus yang mau ke Vigan, dia ngomong: “Wah harusnya nih ya neng 450 peso, tapi it’s oke lah. Nevermind. For you which so cute and sweet.” (Kalimat terakhir langsung aku tambahin sendiri #langsung_ngaca 🤭). Saat itu aku yang habis ditipu supir taksi fu*k di Kuala Lumpur langsung bersyukur banget. “Wuuuaahh… ternyata masih ada juga orang baik, nggak mata duitan.” Mungkin dia kasihan sama aku kali ya, kecil, kurus, sendirian bwahahaha. Senjata memelas ini bakal kepake lagi nanti waktu aku ditipu drastis kedua kalinya di Manila—itu ada bagiannya sendiri ntar.

Selama di bus, aku masih ngobrol basa-basi, tawa-tiwi sama Rusli. Seru sih denger cerita bapak-bapak udah ke mana-mana… sampai tiba-tiba dia NARUH TANGANNYA DI PAHA AKU!! Cetaaarrrrr!! Rasanya kayak disambar petir. Langsung ilfeel, pengen nendang, pengen nonjok. “WOY, LO PIKIR AKU SIAPEEE??” Aku buru-buru menyingkirkan tangannya, langsung diem seribu bahasa. Tas aku pangku buat nutupin kaki, pandangan lurus ke depan, nggak berani tidur. Bus makin lama makin sepi, mata udah berat banget tapi aku tahan setengah mati, takut Rusli kurang ajar lagi.

Kewaspadaanku makin terusik ketika Rusli tiba-tiba minta minjem setengah jaketku (maksudnya jaket kupakai setengah, dia setengah—karena aku waktu itu make jaket model depan). Dia kedinginan, nggak bawa jaket. Ke-ilfeel-anku makin nambah. Aku kasih aja jaket biar dia pakai sendiri—mending aku kedinginan daripada harus pakai berdua #jiaaahhh. Tapi dia nolak, akhirnya aku tetap pakai sendiri. Wuaaaaah, kapan bus ini nyampe Manila???

03.30 am
Dua jam penuh kewaspadaan dan penderitaan itu akhirnya berakhir juga saat Rusli turun di pool bus menuju Batangas. Wuuuaahh, aku mendesah lega dan mencoba tidur, tapi rasa ngantuk keburu hilang. Akhirnya aku ngobrol banyak sama supir bus. Kebetulan aku duduk di kursi paling depan.

“Neng, sebenarnya saya nggak lewat pool bus ke Vigan. Tapi nggak papa saya bakal turunin neng di sana.”
#Wuaaahh, Bapak baik beneeer. Udah kasih diskon, sekarang malah mau nganterin. #mulaiNgefansOrangFilipina #kebaikanOrangFilipinaNomor1

Sepanjang sisa perjalanan, aku ngobrol sama pak supir ini. Dia bilang namanya, tapi aku lupa. Pokoknya namanya Indonesia banget deh. Eh tunggu… kayaknya Andy! Iya, Andy! Deal, namanya Andy! #superpenting 🤣. Andy yang baik hati ini banyak nanya: aku ke Filipina ngapain, kuliah apa, kasih rekomendasi kota-kota yang wajib dikunjungi, pokoknya kepo banget. Singkat cerita aku pun nyampe di pool bus dan mengucapkan selamat tinggal buat Andy. Hikz, Andy, have a good life always.

Saat itu masih pagi buta tapi pool sudah ramai dengan orang-orang yang nunggu bus. Setelah gosok gigi dan makan pop mi lokal (rasanya persis Pop Mie Indonesia), aku bertanya di tiket booth kapan bus ke Vigan berangkat. “Jam 5 pagi sama 5 sore, neng.” Yaudah aku bilang beli yang jam 5 pagi, eh ternyata harus minimal 1 jam sebelum berangkat baru bisa beli. Owalah, yaudah aku nunggu.

Sambil nunggu aku iseng cek berapa peso yang aku bawa—soalnya lupa. Setelah memastikan nggak ada yang kepo, aku keluarin dompet rahasia dan mulai menghitung.

2000… 2500… 3000 peso.

What the… aku cuma bawa 3000 peso!! Itu setara cuma 750 ribu rupiah buat 4 hari. Padahal tiket bus Vigan–Manila PP aja udah 300 ribu, belum nginep, makan, transport lokal. Pikiran awalku aku bawa 1,3 juta rupiah. Langsung lemas tak berdaya. Aku pun menata ulang itinerary. Pilihan hanya dua: tetap ke Vigan tapi duit terancam kurang, atau habiskan 4 hari ini di Manila. Aku akhirnya pilih opsi kedua. Itinerary penuh kota-kota aku sobek, buang, nggak mau dipikirin lagi. #HiksSomedayVigan

Menunggu itu membosankan, ungkapan itu sangat benar. Pool bus ini nggak ada yang bisa dilakukan selain gosok gigi, makan pop mie, beli tiket. Aku pun coba tidur selonjoran di kursi panjang. Satu jam kemudian si abang tiket bangunin aku:

“Neng, itu bus yang ke Vigan. Jadi beli nggak?”

Waduuuh abang, pengeeenn… tapi duit aku kuraaanggg. Dengan mantap aku bilang: “I’ll take evening bus, bang.”

“Oke lah neng, tidur lagi aja.”

Wuaaaahh, kenapa abang ini baik banget sampai bangunin aku buat beli tiket?? Baru kali ini aku ngalamin hal kayak gini #airMataAnakKucingMulaiKeluar. Aku coba bayangin di negara lain, mana ada yang peduli kayak gini??
#KebaikanOrangFilipinaNomor2

 
Pool bus yang takkan terlupakan...
Sumber: dokumentasi pribadi

Singkat cerita, saat si abang tiket bangunin aku ini, ternyata ada seorang abang di depan kursi yang kepo. Kekepoannya karena kami tadi ngobrol pakai bahasa Inggris patah-patah, jadi jelaslah aku ini orang asing. Dia pun mulai memperkenalkan diri: namanya Nelson Carrera (#oke ini nama Filipina dari Spanyol, sekarang aku yakin#). Nelson cukup hangat dan supel, kami pun langsung nyambung ngobrol. Aku jadi nyaman ngobrol-ngobrol sama teman baru ini.

Setelah ngobrol panjang, barulah aku tahu kalau dia sudah menikah dan sedang menunggu istrinya mendarat dari Hong Kong—pool bus ini memang dekat bandara Ninoy Aquino—JAM 1 SIANG. Badalah bang brudul-brudul, ngapain dari pagi buta udah nongkrong di pool bus coba??? Padahal rumahnya aja di Manila. Ah, aku pikir dia agak aneh aja, jadi aku berusaha menghilangkan rasa curiga.

Wuaaaah, akhirnya ketidaksabaranku terbayar juga ketika matahari perlahan naik dan mulai menerangi cakrawala kota Manila. Nelson tanya aku mau ke mana, aku jawab mau ke penginapan namanya Friendly Backpacker Guest House. Dia pun langsung nanya ke pool taksi pakai bahasa Tagalog—sambil dengan bangganya bilang kalau aku ini mining engineer! Dia bahkan ngomong ke setiap orang yang dia temui kalau aku mining engineer, sampai aku malu sendiri. Padahal aku jelasin kuliahku geologi, dan contoh kerjaannya ya bisa di mining atau petroleum. Eh, dia ngomong seakan-akan aku udah engineer beneran, padahal muka masih kusut, ngantuk, lecek… mana ada engineer model gini hahaha.

Btw, taksi itu sempat nawarin 300 peso buat ke hostel, tapi karena keuanganku agak krisis aku nolak. Nelson dengan setia pun mencarikan alternatif transportasi lain. Kami berjalan membelah kota Manila yang mulai sibuk. Aku baru sadar ternyata wajah orang Filipina itu persis banget kayak orang Indonesia. Jadi ya wajahku nggak kelihatan asing, alias nggak ada yang ngeliatin aku macam artis di sini bwahahaha.

Nelson sempat ngajak aku ngecek hotel (namanya lupa) buat jaga-jaga kalau aku mau nginep di sana. Lagi-lagi dia ngomong ke resepsionis kalau aku mining engineer 🤦‍♀️. Tapi ternyata hotel itu full dan tarifnya semalam 1300 peso (sekitar Rp280 ribu). Aje gileee, untung full! Kalau enggak, tidur doang nggak makan aku! Aku sempat nggak enak hati merepotkan Nelson, tapi dari wajahnya sama sekali nggak kelihatan kesal. Jadi aku pikir dia memang ikhlas bantuin aku. Baik banget abang ini.

Setelah aku bilang kalau aku pengen nginep di hostel murah (300–400 peso semalam) di Friendly Backpacker Guest House, Nelson lalu mencarikan alternatif transportasi: kereta LRT. Lucunya, di jalan menuju stasiun karena dia khawatir aku ketinggalan—dia jalannya cepet banget—dia sempat gandeng tanganku. Aku sih berusaha berpikir positif dan nggak merasakan hawa aneh, jadi cuek aja meski awalnya kaget. Tapi orang-orang di sekitar jelas nggak cuek: mereka pada mandangin, yaelah sumpah aku malu hahaha.

Ternyata setelah ditanya ke petugas LRT, hostelku itu memang terletak di distrik Makati. Naik LRT cuma 12 peso (sekitar Rp3 ribu). Di setiap stasiun LRT tas kita diperiksa manual dengan detail, tapi karena aku orang asing, tasku nggak diperiksa ketat. Nelson bahkan sempat nawarin mau nganterin sampai ketemu hostel, tapi aku menolak dengan halus. Aku mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas bantuannya, lalu berpisah.

Huft, good bye Nelson.
#KebaikanOrangFilipinaNomor3

Stasiun LRT EDSA, Manila. Secara umum mirip BST Bangkok hanya jalannya lebih lambat..
Sumber: tripadvisor.com 

Singkat cerita, aku pun sampai di Stasiun Querreno (Distrik Makati) dan lanjut naik cycle rickshaw ke hostelku. Aku beruntung banget karena bisa dapat kamar mix dorm AC (padahal aku nggak prebook, jadi kemungkinan besar bisa nggak dapat kalau penuh) dengan harga per malam 395 peso (sekitar Rp80.000) untuk 3 hari ke depan.

Aku kebagian bunk bed posisi kasur atas. Setelah saling say hello singkat dengan bule cowok di kasur bawah, aku langsung selimutan dan tidur, karena kelelahan fisik maupun mental hari ini bener-bener luar biasa.

See u this afternoon, Manila!

Part Selanjutnya : Disini

Perlengkapan Backpacker Standar Ala Galuh Van Bemmelen

Okey guys, kali ini ane mau coba berbagi tips tentang perlengkapan standar untuk backpackeran ke luar negeri. Semuanya berdasar pengalaman ane sendiri (di Asia, Eropa, Amerika), dan ane merasa nggak pernah kekurangan/ketinggalan apapun jika sudah bawa barang-barang ini. Tapi tentu saja itu disesuaikan dengan gaya traveling dan musim di negara yang agan aganwati sekalian kunjungi. Kebetulan ane selalu berkunjung pas musim panas gan, jadi kalau agan berkunjung pas musim dingin harap disesuaikan sendiri terutama masalah pakaian. Cekidot!


Peralatan Standar Traveling ke Luar Negeri & Persiapan

UTAMA
  1. Paspor = difotokopi 2x, masukkan di tas yang berbeda. Discan juga, masukkan ke FD dan Google Drive.
  2. KTP & ATM & SIM & KTM (kadang masuk tempat wisata tertentu bisa dapat diskon jika menunjukkan kartu mahasiswa)
  3. Uang secukupnya sesuai lama perjalanan
  4. Boarding pass PP. Print 2 lembar, masukkan di tas yang berbeda. Discan juga, masukkan ke FD dan Google Drive.
  5. Konfirmasi booking hotel . 
  6. Dompet rahasia= bisa yang dipinggang/digantung ke leher dimasukkan ke dalam baju. Paspor dan uang utama yang banyak, kartu2 ATM, KTP, SIM, KTM masukkan sini, uang pecah2 atau yang sering dipakai transaksi masukkan dompet yang di tas slempang. Khusus paspor bungkus dengan plastik ziplock untuk mencegah supaya tidak basah. Tas ini harus selalu dipakai dan jangan pernah dilepas, even ke kamar mandi (terutama jika nginap di dorm & kondisi solo traveling).
  7. Rencana perjalanan, peta-peta penting

PAKAIAN
  1. Untuk baju, bawa sedikit saja terutama yang katun & mudah kering (bisa dicuci sewaktu di penginapan), sesuaikan dengan musim pada negara yang dikunjungi.
  2. Celana = enak dan praktis celana pendek, kalau celana panjang, jangan bawa jeans semua karena berat. Bawa celana yang ringan dan mudah kering.
  3. Jaket (perjalanan malam dengan bus/di gunung pasti lumayan dingin). Untuk jenis dan tipikal jaket sesuaikan dengan musim di negara yang dikunjungi. Bisa browsing untuk perkiraan cuaca dan suhu di negara yang agan kunjungi
  4. Pakaian dalam yang cepat kering secukupnya (bisa dicuci di penginapan)
  5. Jas hujan (kalau kebetulan negara yang agan kunjungi pas musim hujan)

PERALATAN
  1. Kamera (sedia baterai cadangan dari Indonesia jika pakai baterai luar) & charger.
  2. Adaptor colokan universal dan extension supaya bisa charge beberapa hal sekaligus
  3. Tripod = buat narsis bareng / kalau solo traveling
  4. Jam tangan, topi, kacamata, dsb (pilihan)
  5. HP dan Powerbank
  6. Peralatan mandi
  7. Handuk kecil yang cepat menyerap 
  8. Jika mengunjungi wisata bahari dan mau snorkeling: kacamata renang, pelampung (bagi yang belum bisa renang), dan fins (kaki katak). Kalau bawa sendiri dijamin lebih murah gan daripada sewa di tempat.
  9. Sepatu = untuk jalan-jalan di kota lebih nyaman
  10. Sandal
  11. Make up
  12. Sisir
Untuk alat mandi: usahakan pakai alat mandi yang ukuran kecil karena tidak diperbolehkan membawa cairan melebihi 100 ml di pesawat (1 alat mandi tidak boleh melebihi 100 ml, bukan total semuanya setelah dijumlah). Sabun dan odol dihitung cairan. 

LAIN-LAIN:
  1. Tisu basah & kering
  2. Sunblock
  3. Kantong plastik = untuk pakaian basah/kotor
  4. Sabun cuci bubuk dipastik = pas nginap bisa nyuci di wastafel
  5. Obat-obatan= Obat pusing, flu, diare, mual, dsb
  6. Buku kecil & pulpen= untuk menulis diari perjalanan & mengisi kartu imigrasi
  7. Botol air minum = untuk mengisi ulang, biasanya di penginapan disediakan air minum gratis, lumayan daripada beli.
  8. Bekal makanan yang simple i.e. abon, sambel pecel, energen, kopi, susu, pop mie, roti,koko krunk dsb. Bawa cangkir plastik kecil 1 juga untuk buat susu/kopi/energen, mangkok kecil +sendok 1. Biasanya penginapan menyediakan air panas gratis.  

[2] Catatan KKN Atambua 2013: Rinbesi Hat, Kurasa Aku Menyukai Desa Ini!

8 Juli 2013
Selamat Datang Rinbesi Hat :-)

Setelah 2 hari di Desa Bakustulama, hari ini adalah kepindahan kami ke rumah kami yang sebenarnya selama 2 bulan ke depan yaitu Desa Rinbesi Hat. Kepindahan kami ini bersamaan dengan acara penerimaan mahasiswa/i KKN PPM UGM oleh Bapeda Belu, Kecamatan Tasifeto Barat dan Kepala Desa Rinbesi Hat sendiri yang kami belum pernah bertemu sebelumnya. Acara penerimaan ini berlangsung di Kantor Desa Rinbesi Hat.

Akhirnya truk Bapak Camat yang mengangkut kami bertiga puluh sampai juga di Kantor Desa Rinbesi Hat, balai desa yang akan dialihfungsikan menjadi pondokan kami. Dari pertama aku lihat desa ini, aku sudah punya perasaan bahwa 'aku menyukai desa ini!' 

 Ini dia gan kenampakan padang savananya, membuat siapapun yang memandangnya tentram...
Sumber: dokumentasi pribadi Ari Wijaya (tim KKN)

Bagaimana aku tidak menyukainya? Di Desa Rinbesi Hat ini, aku bisa melihat bahwa savana berwarna hijau segar membentang sejauh mata memandang dikelilingi perbukitan kecoklatan yang menjulang indah. Memandangnya saja sudah membuat hatiku tentram. Saat kami pertama datang, Pulau Timor memang masih sering diguyur hujan sehingga savana masih berwarna kehijauan. Dan perbedaan dengan Desa Bakustulama adalah, jika disana kami harus berjalan sekitar 200 meter untuk menikmati padang savana, disini kami sudah akan bisa menikmatinya jika keluar dari pondokan.

Ane di sampng pondokan dengan latar savana & perbukitan Belu..
Sumber: dokumentasi pribadi

Salah satu hal yang paling aku sukai lagi adalah karena desa ini terletak di pinggir jalan raya Trans Timor, sehingga memungkinkan untuk ada warung makan. Aku memang sering kelaparan nggak jelas sehingga jika ada warung itu akan membuatku tentram.
***

Rupanya kedatangan kami sudah disambut dengan banyak warga Desa Rinbesi Hat yang menebar senyum begitu kami turun dari truk. Aku memang sangat menyukai keramahan masyarakat Timor, dan hal inilah yang menyebabkan aku begitu sulit move on selepas KKN. Setelah bersalam-salaman singkat, kami pun mulai bersiap untuk acara penerimaan.

Acara penerimaan mahasiswa/i KKN PPM UGM berlangsung dengan lancar, saat itu aku bisa mengenal Wakil Bapeda yang bernama Bapak Valent, Bapak Camat Tasifeto Barat, Bapak Desa Rinbesi Hat yang super gaul, Bapak-Ibu dusun yang ada di Desa Rinbesi Hat, jajaran administrasi desa, dan lain-lain. Beberapa memberi kami wejangan singkat dan ucapan semoga KKN kali ini lancar dan sukses. Amiiin.

Seusai sambutan tersebut, acara dilanjutkan dengan makan. Ternyata disini kami dikenalkan dengan makanan khas Timor yaitu pisang goreng. Hmm, dari namanya memang sepertinya nggak asing yah. Tapi karena pisang goreng ini dimakannya menggunakan sambal masa bodoh! Sambal masa bodoh itu dibuat dari cabe rawit, teri, tomat dan bawang. Pisang goreng disini juga sebenarnya tidak digoreng tapi direbus, rasanya pun tawar. Aku baru tau cara makan pisang dengan sambal seperti itu disini, dan rasanya memang mantap disaat perut keroncongan.

Ini dia yang namanya pisang goreng dan sambel masa bodoh..
Sumber: dokumentasi pribadi 
***
Hari-hari awalku di Desa Rinbesi Hat bisa dikatakan berjalan dengan lancar, walau kebosanan masih sering melanda. Disini listrik beroperasi 24 jam walau yang menjadi permasalahan adalah air, karena kami harus menimba dan mengangkut air cukup jauh jika ingin mandi/buang air.

Hari-hari awal banyak kami isi dengan membicarakan program yang akan kami laksanakan dengan sesekali berdiskusi bersama Bapak Desa. Program yang kami laksanakan disini berasal dari kluster sains-teknologi, sosial-humaniora, kesehatan dan agronomi (terdiri dari pertanian, peternakan dan kedokteran hewan).

Di sela membicarakan program tersebut, kami juga mulai kenal dengan beberapa anak-anak yang sering main ke kantor desa dimana salah duanya termasuk Rinel dan Viga. Bersama mereka juga kami mengunjungi SD dan SMP yang ada di Rinbesi Hat. Jangan kira ada banyak ya sekolahnya, karena masing-masing hanya ada 1. Aku jadi berpikir, kalau di Jawa anak-anak SD aja berebutan untuk masuk satu SMP unggulan diantara puluhan SMP di kota mereka, disini bisa sekolah saja sudah bagus. Aku jadi sedih memikirkan hal ini.

Kenampakan SD Halibesin di Desa Riinbesi Hat
Sumber: dokumentasi pribadi

Kenampakan SMP Rinbesi Hat, cuma begini aja gan bangunannya..
Sumber: dokumentasi pribadi

Melihat kondisi SMP yang hanya bangunan sederhana dengan 3 ruangan itu sedikit membuatku terenyuh. Pikiranku langsung berkelana ke SMP-SMP yang ada di Jawa, dimana sudah dilengkapi dengan fasilitas laboratorium, lapangan basket, perpustakaan, ruang tata usaha, ruang musik, dan lain-lain. Begitu besar ketimpangan yang ada. Mungkin memang benar jika selama ini aku melihat di televisi tentang kondisi sekolah-sekolah yang ada di perbatasan, itu bukan hanya isapan jempol. Dalam hati aku mempunyai tekad, jika nanti Tuhan memberiku rejeki berlebih, ingin sekali aku bisa membantu melakukan pembangunan pada SD maupun SMP disini.

***
Selain Rinel dan Viga, aku mulai banyak kenal anak yang lain karena setiap sore mereka mulai berdatangan ke kantor desa untuk sekedar bermain. Aku biasa bermain bola dengan mereka, dan karena melihat sedikit kelihaianku, mereka mulai sering memanggilku 'kakak Ronaldo'  hihi, ada-ada aja.

Dengan gawang sederhana yang kami buat, setiap sore kami bermain sepakbola bersama. Sangat menyenangkan..
Sumber: dokumentasi pribadi

10.06.2013

[PART 4] Tinta Hindustan : Gurun Pasir Thar

Trip ini merupakan cerita perjalananku menjelajah India dari 21 Agustus 2012 - 2 September 2012. Part sebelumnya : Disini

Jaisalmer, 24 September 2012

Kami di Gurun Pasir Thar

Setelah melalui perjalanan 921 km dari Delhi dengan kereta api ekonomi sleeper (tiket kereta kami jelas berlaku), sampailah aku di kota kedua yaitu Jaisalmer, kota di gerbang Gurun Pasir Thar, 80 kilometer dari Pakistan. Jujur ini adalah perjalananku dengan kereta yang paling tidak terlupakan karena beberapa jam sebelum sampai, kami berjalan melewati padang pasir yang luas dan sangat indah. Sekilas aku lihat kota Jaisalmer dari kereta sebelum turun, aku sudah merasakan suatu gairah yang menyala-nyala tentang suatu petualangan yang bakal kuhadapi di kota ini.Aku bisa melihat suasana Timur Tengah yang begitu kental di begitu memasuki kota ini. Sebagai orang yang pengeeenn banget bisa menjelajah Timur Tengah, ini merupakan step awal guehh..hahah..Semoga suatu saat bisa ke Qatar, Dubai, Armenia, Iran, Yaman, dll. Amin-amiiiinnn.

[PART 3] Tinta Hindustan : Naik Kereta Api Ekonomi India

Trip ini merupakan cerita perjalananku menjelajah India dari 21 Agustus 2012 - 2 September 2012. Part sebelumnya : Disini

Delhi Cant Railway Station, 23 September 2012

Jreng...jreng...krepyar...
Lokasi: Delhi Cant Railway Station
Sumber: dokumentasi pribadi Pix San (my travelmate)

Sebenarnya judul diatas sangat muna, bahkan muna sekali *teleng kepala sendiri* buat gue karena sebenarnya gue takuuutt banget waktu pertama kali mau naik kereta ekonomi ‘sleeper’. Seharian keliling Delhi nunggu waktu berangkat muka gue murung dan tak bergairah sama sapi (biasanya gue suka cemal-cemol perutnya kalau ketemu), badan letih, lesu dan pegal linu, mata berkunang-kunang, hidung tersumbat,*lebay* hal itu dikarenakan kedua travelmate gue bakal duduk anyep di lokomotif AC, sedangkan gue yang miskin ini hanya mampu reservasi tempat duduk di sleeper ekonomi yang harganya 1/10 lebih murah. Huahaha.