Keesokan harinya, aku bangun dengan kondisi yang cukup segar karena hari kemarin bisa istirahat total. Hari ini adalah hari terakhirku di Singapore. Rencananya, tengah hari ini aku akan melanjutkan perjalanan ke Malaka (Malaysia).
Pagi itu suasana hatiku lumayan santai karena hari ini sudah tidak ada target tempat khusus yang ingin aku kunjungi. Aku juga sudah bisa melupakan tragedi “anjing herder” kemarin. Saat itu aku berjanji tidak akan menceritakan tragedi anjing herder itu ke siapapun, malu banget soalnya hahaha. Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan akan ke Little India, karena di sana ada Sri Mariamman Temple. Pengen lihat temple-nya.
Setelah sarapan roti coklat dan mengisi penuh botol air minum, aku pun mengucapkan selamat tinggal buat kedua teman asal Ekuador yang aku jumpai kemarin malam. Mereka sangat ramah dan aku suka dengan sifat mereka. Saat itu aku sempat memberi nasehat ke mereka untuk mengunjungi Patung Merlion di malam hari karena pemandangannya lebih indah. Mereka mengucapkan terima kasih dan berjanji akan melakukannya.
Seperti biasa, untuk menimbun energi sebelum jalan jauh, aku memutuskan akan sarapan nasi briyani di warung India kemarin. Lah, nggak takut kena harga mahal lagi? Nggak sih, karena yang mahal itu teh chai-nya sebenarnya. Untuk nasinya cuma dibanderol 1,9 SGD aja, jadi hari itu aku cuma pesan nasi briyani saja. Sudah sangat mengenyangkan karena porsinya cukup banyak.
Saat sudah menuju stasiun MRT, aku merasa kok ada yang kurang ya? Wkwkwk, otak erroranku mulai kambuh lagi. Owalahhh, jaket! Aku lupa kalau jaketku masih di jemuran hostel. Akhirnya dengan muka ditebalkan aku kembali ke penginapan lagi. Haha. Berabe juga kalau nggak ada jaket, soalnya di Filipina nanti aku kan rencananya banyak naik bus malam.
Akhirnya aku sampai juga di Little India. Menurutku sih nggak ada yang terlalu spesial. Jalanan masih sepi karena masih cukup pagi, dan yang bikin aku tambah kesel, kacamata aku patah di bagian penghubung tangkai sama kacanya. Wuaduhhh, sia-sia dong keluar negeri kalau kacamata rusak, blawuurr jadinya.... Mana aku nggak ada selotip lagi.
Akhirnya aku pun cari-cari warung kelontong buat beli solasi. Cukup banyak warung kelontong di kawasan Little India, tapi sialnya aku nggak tahu bahasa Inggrisnya solasi. Karena nggak enak mau membeli sesuatu yang aku nggak ngerti bahasa Inggrisnya, aku akhirnya memutuskan beli Coca-Cola satu kaleng seharga 1 SGD. Selesai membeli, aku tunjukin kacamata aku yang patah sambil ngomong, “Do you have a selotip?” Huahahaha, karena nggak ngerti bahasa Inggrisnya, aku ngomong bahasa Indonesianya aja.
Awalnya mereka ngira aku nyari gagang kacamata, mereka bilang nggak ada sambil menampakkan ekspresi bingung. Yakali pak, aku nyari gagang kacamata di sini hahaha. Aku nggak kehabisan akal, langsung pakai bahasa Tarzan: aku membuat gerakan seperti menyambung kacamata dengan solasi.
“Oohhhh… tape!”
“Iya pak, tape!”
Pasangan China setengah baya ini langsung kasih solasi ke aku. Mereka ramah banget dan penuh senyum, padahal aku cuma beli Coca-Cola 1 SGD hehehe. Akhirnya setelah mengucapkan terima kasih dengan tulus dan senyuman terbaik, aku pun meninggalkan warung itu.
Sebenarnya aku menemukan Sri Mariamman Temple, tapi saat itu lagi cukup banyak orang yang beribadah sehingga aku mengurungkan niat untuk masuk. Sri Mariamman Temple ini merupakan candi Hindu tertua di Singapore, dibangun pada tahun 1827 oleh Naraina Pillay. Pak Pillay ini ceritanya merupakan pegawai pemerintahan Penang yang cukup berpengaruh. Ia juga seorang pebisnis yang handal, karena pada masa keemasannya turut membangun perusahaan pertama di pulau yang kemudian menjadi cikal bakal negara Singapura ini.
Mariamman sendiri merupakan salah satu dewi yang dipuja di pedalaman India Selatan untuk menjauhkan manusia dari penyakit. Setelah puas melihat-lihat dari depan, aku pun melanjutkan perjalanan ke Stasiun MRT Kranji untuk bersiap menuju Malaysia.
Menurut beberapa info yang aku baca, bus SBS yang menuju Terminal Larkin di Johor Bahru itu berada di bawah Stasiun MRT Kranji. Perjalanan dari Stasiun Little India ke Stasiun Kranji lumayan lama (sekitar 45 menit), tapi nggak terlalu kerasa karena MRT Singapura ini sangat nyaman, aman, dan tepat waktu. Akhirnya aku sampai juga di Kranji dan cukup mudah menemukan stasiun SBS—tinggal turun tangga dan belok kanan, nanti sudah ada banyak antrian orang-orang yang juga akan menuju Malaysia.
Saat itu kesalahanku adalah aku nggak menyiapkan uang pas untuk naik bus, selain itu saldo di kartu MRT-ku juga sudah habis. Padahal sistem pembayaran di bus SBS itu kayak bus luar negeri yang sering aku lihat di TV, uang logam dimasukin kotak, nanti supir bus kasih sobekan tiket kecil. Supir bus waktu itu orang Singapura keturunan India, dan dia masih cukup sabar dengan dua pertanyaanku:
“How much to go to immigration?”
“1,6 Dollar,” jawabnya datar.
“How much to go to terminal?”
“1,9 Dollar,” nadanya udah agak tinggi.
Dan karena aku ini orang error, yang selalu error dan sempat berjanji nggak akan solo travelling lagi hahaha, aku balik nanya lagi berapa tarif ke imigrasi. Jelas aja si supir marah hahahaha.
“How much to go to immigration?”
“Ahhh, you. A lot of people queueing, bla bla bla…”
Akhirnya aku langsung memotong omongannya dan bilang kalau aku mau ke imigrasi. Huaa, rasanya aku pengen mengutuki diri sendiri kenapa bisa sebodoh itu. Cukup banyak ujian selama perjalanan solo perdana aku ini.
Jadilah sewaktu turun di imigrasi aku harus beli tiket lagi untuk naik bus SBS, padahal bisa aja cuma beli tiket sekali seharga 1,9 Dollar tadi. Tapi entah kenapa setelah dimarahi, mulutku tiba-tiba saja ngomong “immigration”. Huah, emang aku bodoh. Untungnya supir bus SBS kedua, keturunan China, agak lebih sabar dan sempat tersenyum ke aku. Itu lumayan bikin perasaanku jadi lebih baik.
Setengah jam kemudian, aku pun sampai di Terminal Larkin di Johor Bahru. Pemandangannya cukup kontras juga ya setelah 3 hari di Singapura. Terminal Larkin ini mirip dengan terminal di Indonesia, banyak warung-warung kelontong dan loket-loket yang menjual tiket bus. Saat itu aku langsung beli snack, air rasa, dan burger seharga 3 RM. Seneng banget rasanya bisa nemu makanan-makanan murah lagi setelah di Singapura hampir nggak berani beli apa-apa wkwkwk.
Setelah itu aku naik bus Maju seharga 21 RM dari Johor Bahru ke Malaka. Bus-nya nyaman banget. Kursinya luas dan kebetulan saat itu bus hanya berisi sedikit penumpang, jadi perjalanan selama 4 jam ke Malaka terasa nggak begitu lama.
Ini dia interior Bus Maju yang membawa ane selama 3 jam perjalanan dari Johor Bahru ke Malaka.
Begitulah petualanganku menjelajah Singapura selama 3 hari 2 malam. Overall, aku cukup menikmati solo trip pertamaku ini meskipun sempat melakukan cukup banyak “keeroran” hehehe. Tapi justru dari situ aku merasa bisa jadi diri sendiri, bisa melakukan semuanya sesuai minat dan perasaanku.
Petualangan ini akan aku lanjutkan di postingan berikutnya, menjelajah Kota Tua Malaka di Malaysia Selatan. Ciaoo~
Part Selanjutnya : Disini