Ada satu fase hidup yang sering bikin kita merasa kosong, yaitu usia dewasa di rentang akhir dua puluhan sampai lima puluhan. Pada fase ini, apalagi kalau kamu masih single, rasa kesepian sering datang tanpa permisi. Atau mungkin jika menikah dengan 'orang yang dirasa tidak tepat', rasa kesepian juga datang tiap hari, kalau ini bahkan dibalut ekspetasi.
Di masa ini, kepala kita biasanya dipenuhi banyak hal. Soal pekerjaan, target yang katanya harus segera tercapai, standar keberhasilan versi orang lain, kesehatan orangtua yang menurun, sampai soal kesehatan mental. Kadang kita membandingkan diri dengan teman-teman sebaya. Si A sudah menikah, si B sudah punya rumah besar, si C sudah pegang jabatan tinggi. Sementara mungkin kita masih menata diri. Atau mungkin sebenarnya kita sudah berkecukupan. Tapi rasa membandingkan, atau perasaan merasa kecil dan tak berdaya itu, sering kali masih saja menyelinap. Dari situ tekanan datang, berubah jadi stres, lalu bisa merembet ke depresi.
Kesepian ini semakin terasa kalau kita adalah seorang introvert. Memang kita tidak suka keramaian, lebih suka mengisi ulang energi dengan kesendirian. Tapi bukan berarti tidak mendambakan seseorang yang bisa diajak ngobrol panjang tentang hidup, mimpi, atau keresahan. Sayangnya kesempatan itu jarang ada. Orang lain punya kesibukan dan prioritasnya sendiri, dan akhirnya kita kembali duduk sendirian, mencoba berdamai dengan sunyi.
Aku sendiri percaya ada dua cara sederhana untuk sedikit meredam badai dalam kepala itu. Meditasi vipassana dan memelihara hewan.
Kalau meditasi vipassana mengajarkan kita untuk melihat pikiran datang dan pergi sebagaimana adanya, memelihara hewan memberikan sandaran dalam bentuk nyata.
Bayangkan kamu pulang kerja dengan kepala penuh pikiran. Begitu membuka pintu, ada kucingmu yang langsung menyambut, menggesekkan badan ke kakimu. Atau anjingmu yang meloncat-loncat heboh seakan kamu adalah orang paling penting di dunia. Hewan peliharaan memang punya obsesi unik dengan tuannya. Mereka ingin selalu dekat, ingin diperhatikan, dan itu membuat kita merasa berarti, penting, dan dibutuhkan.
Ada momen sederhana yang terasa dalam. Memeluk kucing di pangkuan, membelai bulu lembut kelinci, atau mengajak anjing berlari sore hari. Kehangatan itu nyata, seolah memberi pesan bahwa kamu tidak sendirian.
Saat Lelah dengan Manusia
Kadang kita sampai di titik paling jenuh menghadapi manusia dan segala omong kosongnya. Rasanya capek dengan drama, ekspektasi, atau bahkan sekadar basa-basi. Pada saat itu, hewan berbulu hadir dengan cara yang polos. Mereka datang hanya untuk minta dipeluk.
Kamu bisa curhat panjang lebar, bahkan sampai menangis, dan mereka hanya diam. Tidak menghakimi, tidak memberi nasihat klise, tidak memotong cerita. Ada yang percaya hewan bisa mengerti kesedihan kita, mungkin benar, mungkin tidak. Tapi seringnya mereka hanya duduk diam atau sekadar minta makan, minta dielus. Sederhana. Namun justru kesederhanaan itu terasa melegakan, apalagi kalau kita sudah terlalu lelah dengan betapa rumitnya hubungan antar manusia.
Memelihara hewan bukan hanya soal hiburan. Mereka bisa jadi alasan untuk bangun lebih pagi, untuk punya rutinitas, bahkan untuk merasakan cinta tanpa syarat. Saat dunia terasa terlalu bising dengan tuntutan yang tak ada habisnya, hewan hadir dalam keheningan. Mereka tidak menuntut kamu harus kaya, sukses, atau menikah. Mereka hanya butuh kamu ada.
Kadang, ketika kepala penuh beban, kita cuma butuh hal sederhana. Ada yang menyambut kita pulang. Ada yang menunggu di rumah. Ada yang bisa kita peluk tanpa takut dihakimi, tanpa ditanya kenapa. Karena terkadang yang kita butuhkan hanya sandaran lembut itu.
Kalau kamu sedang berada di fase quarter life atau mid life crisis, merasa terjebak di antara ekspektasi dan kenyataan, mungkin jawabannya bukan mencari validasi dari luar. Bisa jadi cukup dengan memelihara makhluk kecil berbulu, atau meluangkan waktu untuk duduk tenang bersama diri sendiri.
Pada akhirnya, kesepian memang bagian dari hidup. Tapi kesepian itu bisa jadi lebih ringan kalau kita punya sahabat yang selalu hadir. Entah lewat meditasi yang menenangkan pikiran, atau lewat peliharaan yang setia menemani tanpa kata.
0 comments:
Posting Komentar