Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

8.19.2015

[2] MALAKA TRIP: Kunci Kamar Masuk Bolongan WC Jam 2 Pagi, MATI!!

Trip ini merupakan rangkaian perjalanan ke Singapura - Malaysia - Filipina yang aku lakukan dari 30 Januari 2013 - 6 Februari 2013. Perjalanan ini merupakan pengalaman solo backpacker pertamaku. Part selanjutnya dari setiap postingan akan aku beri pada link di bagian paling bawah setiap cerita.

Part Sebelumnya : DISINI


Cukup puas beristirahat di KFC Mahkota Parade, aku segera berinisiatif untuk mencari lokasi penginapan yang sudah aku booking sebelumnya bernama Backpacker’s Freak Hostel yang beralamat di Jalan PM 2 No.25-3, Plaza Mahkota, Melaka. Aku berhasil menemukan tempat ini setelah bertanya kepada beberapa orang, tempatnya sendiri cukup strategis dan kamarnya berada di lantai dua. Pemiliknya engkong-engkong yang kalau sama tamu baik banget, tapi kalau pas lagi sama pegawainya buseet dah... galaknyaaa. hahaha. Pegawainya cewek chinese masih seumuran aku juga, dan pas si pegawai nyatet data paspor aku, nggak kehitung deh berapa kali dia kena bentak dari si engkong. Mana bentaknya di depan tamu lagi. Huft kasian. Aku mendapatkan sebuah kamar single room (tapi dengan 2 kasur) dengan tarif 8 USD per malam, dengan sarapan gratis. Aku pun segera merebahkan badan untuk beristirahat. Rencana malam ini aku akan melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Melaka.

Lokasi Backpackers Freak Guest House cukup strategis karena berada di tepi jalan besar.

Malemnya, dengan kaki yang masih capek dan sakit, aku memaksakan diri bangun untuk menuju Sungai Melaka. Sebenarnya males banget dan pengen tidur aja, tapi aku mikir, ini malam terakhir dan satu-satunya di Malaka karena besok pagi udah harus ke KL. Masak aku nggak mau menikmati Sungai Melaka di malam hari, akhirnya aku paksakan diri untuk bangun. Sebelumnya, aku sempat mampir di Bazaar dekat penginapan untuk membeli stop kontak kaki tiga seharga 5 RM dan replika kapal layar Malaka. Bazaar ini sendiri cukup ramai, menjual berbagai macam barang mulai dari barang primer, sekunder, sampai tersier dengan harga terjangkau. Selesai menyusuri bazaar, aku melanjutkan jalan kaki ke Sungai Melaka. Di sepanjang jalan, aku banyak dilihatin orang. Yah mereka pikir aneh kali ya, cewek jalan sendirian malem-malem. Wkwkwk, tapi aku berusaha enjoy dan menikmati perjalanan ini dengan pikiran optimis.

Suasana Bazaar di depan Jalan PM 2.

Barang yang dijual di Bazaar harganya merakyat dan terjangkau.

Ternyata Sungai Melaka indah banget pas malem dengan kilauan lampu-lampu dari bangunan yang berjajar di pinggir sungai. Di sepanjang Sungai Melaka ini aku menjumpai beberapa turis spot seperti Kincir Air Kesultanan Melaka, benteng dengan sisa beberapa meriamnya, dan ferry-ferry yang hilir mudik di sungai. Sungai Melaka ini sendiri sangat bersih, dan tidak berbau. Aku rasa memang Pemerintah Malaysia sangat sadar, bahwa sebagai tujuan favorit turis mancanegara maupun lokal, Sungai Melaka ini harus benar-benar dijaga kebersihannya.

Meriahnya Sungai Melaka di malam hari.

Sungainya bersih banget.

Kincir Air Kesultanan Melaka

Untuk menyusuri Sungai Melaka bisa juga naik kapal ferry kecil melalui beberapa jeti atau halte di pinggir sungai. Pelancong juga bisa naik ferry ini berulang kali selama 1 hari (dari jam 9 pagi – 9 malam) atau istilahnya Hop On Hop Off dengan sekali bayar. Untuk dewasa dikenakan harga RM30 dan anak-anak RM15. Tapi aku memutuskan tidak naik karena antrian yang terlalu panjang dan menurutku menikmati Sungai Melaka dari pinggir sudah cukup.

Salah satu yang khas juga dari Malaka adalah kehadiran becak lampu. Becak-becak di sini terkenal sangat menarik dan meriah, di mana keseluruhan badan becak akan dihiasi dengan lampu, bunga-bunga, dan musik yang meraung dengan keras. Tapi aku nggak naik becak ini karena konon katanya sejam ditarif 40 RM. Aku paling anti sama yang mahal-mahal hahaha. Mending naik becak nanti di Indonesia aja kalau sudah pulang, cuma 15 ribu wkwkwk.

Becak disko warna-warni khas Melaka.

Selesai menyusuri Sungai Melaka aku melangkahkan kaki ke bazaar di Jonker St. di Chinatown. Jonker St. ini merupakan jantung pemukiman Malaka Tua yang ada di barat Sungai Melaka. Terdapat banyak rumah-rumah indah, toko kecil, kuil, serta masjid. Salah satu jalan di daerah ini bernama Jalan Harmoni, disebut demikian karena terdapat rumah doa dari tiga agama utama Malaysia — kuil Cina Cheng Hoon Teng, Sri Poyatha Vinayagar Moorthi Candi Hindu, dan Masjid Kling Kampung.

Suasana Jonker St. di malam hari.

Bazaar di sepanjang Jonker St.

Saat itu suasana di Jonket St. sangat ramai gan karena ada pertunjukkan juga semacam bela diri campur humor dari Thailand. Aku berjalan-jalan sejenak dan kebanyakan barang yang dijual itu adalah makanan dan minuman, hiasan imitasi dan baju.

Replika Kapal Laksamana Ceng Ho.

Salah satu hal yang menarik juga di Jonker St. itu ya adanya replika kapal laksamana Ceng Ho. Replika ini dibuat untuk memperingati Ulang Tahun Pelayaran Laksamana Cheng Ho ke-608. Nama Cheng Ho sendiri tertuang dalam sejarah Malaysia karena merupakan orang yang membuka jalan hubungan diplomatik antara Melaka dan China pada abad ke-15.

Jam 9 malam, akhirnya aku memutuskan pulang ke penginapan karena sudah puas menjelajah Sungai Melaka dan Jonker St. Menurutku, memang sangat recommended mengunjungi kedua kawasan ini di malam hari karena perpaduan kerlipan lampu menjadikannya jauh lebih indah. Saat perjalanan pulang dan kembali melewati Muzium Seni Bina Malaysia, jalannya udah gelap banget dan aku sempat merinding takut kalau sampai jadi korban kekerasan. Untunglah aku bisa kembali ke penginapan dengan selamat.

Malam itu entah kenapa walaupun badan, terutama kaki, sangat capek, aku nggak ngantuk sama sekali. Akhirnya malah jam 2 kurang aku memutuskan untuk mandi karena hawa yang cukup panas. Kebetulan untuk penginapan ini, kamar mandinya sharing alias diluar kamar. Sebelum keluar nggak lupa kamar aku kunci dong ya. Soalnya harta benda aku di situ semua, termasuk paspor dan uang.

Sampai kamar mandi, semuanya berjalan lancar. Aku taruh kunci di atas tumpukan pakaian di atas flusher. Dan sewaktu aku mau memindahkan pakaian itu ke tempat yang lebih kering, tebak dong ya…

KUNCINYA MASUK KE BOLONGAN WC!!!

“Kluntinggg... duerrr... jroooot... shhhhh… ahhhhh…”

Kunciku jatuh di bolongan WC yang tak berujung dan gelap....

Aku masih merasa itu mimpi dan nggak mau percaya apa yang baru saja aku lihat dan dengar. Sumpah, aku langsung melongo memandangi lubang WC itu lama banget. Apa yang terjadi barusan itu kenyataan???

Setelah aku mencubit lengan dan kerasa sakit, aku baru sadar kalau kunci yang barusan masuk ke lubang WC itu memang kenyataan. HUAAAAAA! Gimana ini? Sekarang udah jam 2 kurang, resepsionis katanya tutup jam 12 malam, terus si engkongnya galak banget, semua uang dan pasporku di dalam kamar, terus aku bobok di mana? Huaa, aku sampai nangis di kamar mandi. Berharap bolongan WC di sini sama kayak di Indonesia yang masih ada airnya, tapi ternyata di sini bolongan WC-nya itu tipe tak berujung dan gelap, nggak jelas eeknya jatuh ke mana. Mungkin kunciku udah tenggelam di tumpukan eek-eek orang dari berbagai negara. Hiks.

Dengan langkah gontai dan pesimis, aku mandi kilat lalu naik ke resepsionis. Aku TAKUT banget, apalagi sama si engkong. Baru beberapa jam di sini udah ngilangin kunci, apa kata mereka nanti? Tapi gimanapun aku harus dapat kunci.

Di resepsionis, entah keajaiban apa, mereka masih buka walau lampunya sudah dimatikan. Dengan menahan malu setinggi ubun-ubun aku menjelaskan kalau aku kehilangan kunci karena jatuh di toilet. Untungnya si engkong nggak marah. Yaiyalah, kalau marah sama tamu kan bisa bahaya, nanti hostelnya dapat review jelek. Si engkong cuma bilang besok aku harus membayar 10 RM untuk kuncinya, dan akhirnya aku diberikan kunci baru oleh pegawainya. Hwahhh lega 😭.

Keesokan harinya keadaan aku sudah jauh lebih baik setelah tragedi “kunci masuk lubang WC” yang aku alami semalam. Setelah check out dan membayar denda kunci, aku segera melangkahkan kaki di jalanan Kota Malaka di pagi hari yang terlihat indah dan sepi. Di Malaka ini memang banyak terdapat taman-taman kota dengan berbagai tanaman bunga di atasnya, sehingga menjadikan kota ini semakin menarik. Aku juga sempat memfoto Menara Taming Sari yang lokasinya cukup dekat dengan penginapanku.

Di Kota Melaka ini banyak taman cantik gan.

Menara Taming Sari ini merupakan menara setinggi 80 meter yang terletak di Jalan Merdeka, Banda Hilir. Dengan panorama 360 derajat selama 7 menit, kita bisa melihat keindahan Melaka dari atas menara ini. Tiket masuknya seharga RM 20 untuk dewasa dan RM 10 untuk anak-anak (di bawah 12 tahun).

Saat itu aku sarapan di sebuah food court kaki lima dengan penjualnya ibu-ibu yang ramah banget. Seneng banget aku ketemu ibu ini, karena dia memperlakukan customernya dengan sangat baik. Pagi itu aku sarapan nasi dan rawon dengan biaya hanya 4 RM—murah, enak, dan halal. Selesai makan dan beristirahat sejenak, aku segera melangkahkan kaki kembali ke Dutch Square untuk naik Bus Panorama Melaka No. 17 menuju Terminal Malaka.

Aku memang berencana ke Kuala Lumpur hari ini, karena penerbanganku ke Filipina malam ini jam 19.00. Setengah jam perjalanan dengan bus akhirnya sampai juga di Terminal Malaka. Aku segera membeli tiket bus ke KL seharga 12 RM dan menunggu dengan hati bahagia.

Goodbye, Malaka! I'm ready to go to Philippines!!


Part Selanjutnya : DISINI

0 comments:

Posting Komentar